PORTALSUMBA.COM||Kalau kamu liburan ke Sumba, Nusa Tenggara Timur, jangan lupa mampir ke Sumba Barat Daya, tepatnya di Desa Ratenggaro, Desa Umbu Ngedo, Kecamatan Kodi Bangedo. Karena, selain bisa merasakan ketenangan di pantai cantik dengan pasir putih dan laut birunya, di sana kamu akan merasakan seperti sedang berada di zaman batu. Di sana ada banyak kuburan batu tua. Pengin tahu lengkapnya? Simak bareng Portalsumba.com, ya!
Ratenggaro sendiri memiliki arti ‘Rate’ berarti kuburan, sedangkan ‘Garo’ berarti orang Garo. Zaman dulu, terjadi perang antar suku, di mana suku yang sekarang berhasil penghuni desa ini setelah berhasil merebutnya dari orang Garo asli. Suku yang kalah dibunuh dan dikubur di tempat itu juga.
Ada 304 buah batu kubur baru dan tiga di antaranya berbentuk unik dan berada di pinggiran laut. Ukuran dan pahatan pada tiap kubur batu semakin menambah kesan magis dan mendalam. Bentuknya menyerupai meja datar dan berukuran besar, sehingga terlihat sangat kokoh meskipun setiap harinya terkena hantaman angin kencang dari arah laut belakang kampung. Di sana ada batu kubur leluhur atau raja, juga ada batu kubur untuk warga yang ukurannya lebih kecil.
Masyarakat di sana masih memegang tradisi Marapu bak warga Sumba pada umumnya, yaitu tradisi memuja nenek moyang atau leluhur. Upacara kematian di sana dilengkapi dengan menyembelih hewan seperti kerbau atau kuda. Mereka percaya bahwa roh nenek moyang ikut menghadiri upacara penguburan, sehingga hewan dipersembahkan untuk roh nenek moyang.
Keunikan dari Desa Ratenggaro terletak pada bentuk rumah adatnya (Uma Kelada) yang bentuknya unik, seperti menara menjulang tinggi dengan ketinggian 15 meter. Atap dasarnya berbahan jerami dan tinggi rendahnya atap disesuaikan dengan status sosial warga. Umumnya terdiri dari empat tingkat.
Dilansir, Yang paling bawah untuk tempat tinggal hewan peliharaan, yang kedua untuk ditinggali bersama keluarga, di atasnya tempat untuk menyimpan hasil panen, atasnya lagi untuk tempat memasak dan terdapat kotak untuk menyimpan benda keramat. Tak lupa bertengger tanduk kerbau atau babi di atasnya sebagai simbol kemuliaan. Simbol tersebut merupakan tanda bahwa mereka sudah melaksanakan upacara adat.