PORTALSUMBA.COM, Pekanbaru – Dr. Supardi, SH., MH., Als. Rd Mahmud Sirnadirasa (Kajati Riau)
وَال صلََةَ وََال سلََ مَ عَََلَى محَ م دَ وََاٰلِهَِ مََعََ اَلت سْلِيْمَِ وََبِهَِ نََسْتَعِيْ نَ فَِى تََحْصِيْلَِ اَلْعِنَايَةَِ اَلْعَآ مةَِ وََالْهِدَايَةَِ اَلت آ مةَِ، آَمِيْنََ يََا رََ بَ اَلْعَالَمِيْنََ
Bismillâhirrahmânirrahîm Wasshalâtu wassalâmu ‘alâ Muhammadin wa âlihî ma’at taslîmi wabihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inâyatil ‘âmmati wal-hidâyatit tâmmah, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn.
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn“.
Saudaraku yang dikasihi Allah SWT, setiap kita adalah kehendak Allah SWT yang sudah diberikan kadar masing-masing sesuai ketentuannya. Lahir dari rahim seorang ibu, dengan bapak yang sudah ditentukan. Kapan dan dimana dilahirkan. Suku bangsa yang menjadi latar belakang dimana kita dilahirkan. Semuanya itu adalah ketentuan yang sudah ditetapkan Allah SWT.
Kenalilah diri anda sendiri, darimana anda berasal, dan akan kemanakah tujuan anda. Untuk tujuan apa anda diciptakan, dan pada sisi yang mana diri anda dikategorikan sebagai diri, apakah sisi lahiriyahnya ataukah atau sisi bathiniyahnya saja, ataukah keduanya.
Anda yang disebut sebagai diri, apakah yang kelihatan sebagai badan lahiriyah ataukah jiwa yang tidak kelihatan? Ataukah diri anda itu hanyalah sekedar nama yang tertera dalam KTP? Apakah anda milik anda sendiri atau orang tua anda? Anda dilahirkan karena adanya ibu-bapak anda.
Bapak dan ibu anda juga ada karena adanya kakek-nenek, hingga seterusnya sampai kepada asal usul anda sebagai manusia (Adam dan Hawa). Anda beserta seluruh kakek-nenek moyang anda adalah sebuah rencana atau kehendak yang telah ditentukan dan diciptakan oleh Allah SWT.
Sebagaimana Firman Allah SWT:
ال ذِي لَََهَ ملْ كَ اََل سمَاوَاتَِ وَََالَْْرْضَِوَََلَمَْ يَََت خِذَْ وَََلَدًاَ وَََلَمَْ يَََ كنَْ لَََهَ شَََرِي كَ فََِي اََلْ ملْكَِ وَََخَلَقََ ك لَ شَََيْ ءََ
فَقَ درَهَ تََقْدِيرًا ۞َ
“yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan(Nya), dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya”. (QS. Al-Furqan [25]: 2) Allah Maha Sempurna, semua ciptaan tidak ada yang tiba-tiba tanpa rencana dan kehendak Allah SWT.
Selain memiliki nama al-Khãliq (Maha Mencipta), Allah juga memiliki nama yang agak sepadan dengan nama al-Khãliq, yakni al-Bãri (Maha Mengadakan). Allah SWT mengadakan sesuatu dari tidak ada menjadi ada.
Sifat al-Bãri untuk mengadakan sesuatu diiringi dengan penataan dan pengorganisasian, alias penuh perencanaan dengan matang tanpa luput setitik pun. Dengan demikian, Allah SWT menciptakan Adam dan Hawa yang darinya munculah anak-cucu keturunannya hingga menjadi anda sekarang, juga dengan perencanaan, penataan dan pengorganisasian yang matang, tanpa meleset sedikitpun.
Singkatnya, adanya anda tidak luput dari rangkaian rencana Allah SWT dalam menciptakan Adam dan Hawa.
إِ نَ اَللََّٰ بََالِ غَ أََمْرِهَِ قَََۚدَْ جََعَلََ اَللَّٰ لَِ ك لَ شََيْ ءَ قََدْرًا ۞َ
“Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”. (QS. At-Thalaq [65]: 3) Oleh karena itu, anda yang berupa raga dan jiwa adalah ciptaan dan milik Allah SWT, bukan milik anda sendiri yang dapat berbuat semaunya.
Anda diciptakan Allah SWT dengan segenap jiwa dan raga yang utuh dan sempurna secara kedirian harus menuruti kehendak Sang Pemilik diri anda. Anda tidak bisa memesan kelahiran diri anda sendiri. Anda yang sudah diciptakan sebagai anda sekarang, adalah kehendak Allah SWT, bukan pesanan dan kehendak anda sendiri.
Anda tidak bisa menolak dilahirkan sebagai orang yang berbangsa Indonesia, bersuku Jawa, Sunda, Batak dan lain-lain, memiliki fisik dengan warna yang sudah ditentukan berdasarkan genetikal tertentu, hingga menghasilkan keadaan jasad dan tubuh anda seperti saat ini.
Anda tinggal terima beres proses penciptaan diri anda sendiri. Anda juga tidak bisa protes kepada Allah SWT karena keadaan anda seperti sekarang ini.
Anda harus terima (nrimo) total keberadaan anda. Anda harus mulai menata diri anda detik ini, untuk belajar nrimo secara ikhlas keberadaan anda dan membangun sikap husnudz-dzan (prasangka baik) kepada Sang Pencipta dan Pemilik diri anda. Anda harus menemukan tujuan dan kehendak Allah dalam menciptakan diri anda melalui sikap ikhlas dan nrimo.
Apa tujuan Allah mencitakan diri anda dan bagaimana kehendak Allah terhadap diri anda. Keikhlasan dan sikap nrimo anda akan dapat menjawab bahwa Allah SWT memiliki rencana terbaik terhadap penciptaan diri anda sendiri. Menemukan rencana Allah SWT terhadap diri anda adalah sebuah entry point untuk memulai melakukan perbuatan-perbuatan sesuai yang dikehendaki-Nya sehingga keadaan diri anda akan terbimbing ke arah yang jauh lebih baik dari sebelum anda menemukan kehendak-Nya itu.
Semua perbuatan baik anda, do’a dan ibadah anda kepada-Nya berada di bawah radar kehendak-Nya. Bahkan kesadaran anda untuk memulai menancapkan sikap nrimo itu juga atas radar kehendak-Nya. Dialah Sang Pencipta yang sangat bijak, penuh cinta dan kasih sayang, penuh perhatian yang kuat dan rinci, membimbing anda dengan cara yang paling baik.
Dengan segala cinta-Nya, anda diarahkan untuk berada pada keadaan hidup yang lebih baik. Ketika anda sakit, Dialah yang mengobati. Ketika anda lapar, Dialah memberi makan. Ketika anda mengantuk, Dialah yang menina-bobokan anda sehingga anda tertidur. Ketika anda tidur, Dia pulalah yang membangunkan anda. Ketika anda membutuhkan sesuatu, Dia pulalah yang memenuhi kebutuhan anda.
Ketika anda lupa dan lalai, Dialah yang mengingatkan anda. Ketika anda lemah, malas, galau dan hampir putus asa, Dialah yang memberikan kekuatan, harapan dan keselamatan diri anda dari perbuatan dan rencana-rencana buruk anda sendiri.
Semua kelemahan, kealpaan, kelalaian, keburukan, kegalauan, kehinaan dan sikap-sikap negatif yang muncul dari diri anda, akan dikuatkan, diingatkan, diluruskan, diarahkan, diampuni dan dimuliakan oleh-Nya. Anda adalah kejahatan, Dialah kebaikan.
Anda adalah kekurangan, Dialah kelebihan. Anda adalah negatif, Dialah yang positif. Anda adalah ketiadaan, Dialah ke-Ada-an. Mulailah membuka khazanah penciptaan diri anda. Temukanlah rahasia-rahasia perencanaan dan kehendak-Nya atas penciptaan diri anda. Jauhkanlah sikap mengeluh, putus asa, dan kecewa atas keadaan anda saat ini.
Semakin anda tidak terima (ora nrimo ing pandum), maka hati anda semakin sakit. Ketidak- terimaan anda terhadap keadaan diri anda sendiri saat ini adalah sebuah penentangan terhadap kodrat anda sendiri. Anda telah berburuk sangka (sûudz-dzan) dengan kehendak Allah SWT sebagai Pencipta dan Pemilik diri anda.
Apapun kejadian anda, ada harus nrimo, blass. Ketika Allah telah mentakdirkan anda menjadi katak, maka jangan pernah berpikir menjadi burung, sehingga kerjaan anda setiap hari hanya menghayal untuk bisa terbang jauh kemanapun. Anda ditakdirkan sebagai anda dan mendapati keadaan anda seperti sekarang. Jangan pernah berpikir untuk menjadi orang lain.
Ketika anda menginginkan menjadi seperti orang lain, maka yang terjadi adalah sakit hati, kecewa, frustasi dan putus asa, hingga anda menemukan dan selalu berada pada kegagalan. Anda hanya bisa meniru sebagian yang baik dari orang lain setelah mengalami proses berpikir dan proses lahiriah yang panjang.
Orang lain hanya dapat anda jadikan sebagai cermin, sebagai petunjuk, sebagai isyarat dan sebagai spirit untuk menemukan kehendak-Nya kepada diri anda. Namun, berpeganglah pada satu hal, bahwa anda tidak akan pernah menjadi orang lain.
Sehebat apapun ayam berlatih terbang, tidak akan pernah menjadi burung. Sehebat apapun burung beo dilatih untuk berbicara bahasa manusia, ia tak akan pernah bisa menjadi manusia. Sekeras apapun monyet dilatih untuk bertingkah laku seperti manusia, ia tidak akan pernah memiliki kemampuan seperti manusia. Monyet hanya bisa menjadi lebih baik dibandingkan monyet lain. Takdir dan ketentuan yang telah ditetapkan, anda tidak akan mampu melampaui batasannya. Mursyid kami yang mulia, Syaikh Ahmad bin ‘Athaillah Assakandary pernah berwasiat:
سَوَابِ قَ اَلْهِمَمَِ لَََ تََحْرِ قَ أَََسْوَارََ اَلِْْقْدَارَِ
“Himmah (semangat) yang tinggi tak akan mampu menembus tirai taqdir”. (Kitab Al-Hikam, Fasal 3) Manusia hanya bisa berlatih untuk bisa berbuat “yang sebaik mungkin” sesuai kapasitas, jangkauan berpikirnya, latarbelakangnya dan keadaan di sekitar dirinya.
Allah SWT menghendaki “sesuatu” kepada setiap orang, karena itu Dia menciptakannya. Dia lalu membebankan “tugas” kepada ciptaan-Nya tersebut sesuai kemampuannya untuk dijalankan sehingga keadaan hidupnya menjadi lebih baik.
Allah SWT menurunkan prototype “manusia sempurna” untuk dijadikan rule model bagi kehidupan manusia lainnya. Manusia sempurna (al-insan al-kamil al-mukammil) yang dijadikan sebagai rule model tersebut harus kita patroni, kita gugu dan kita tiru. Dialah Rasulullah, Muhammad SAW.
يَا أَََيُّهَا اََل ذِينََ آََمَن وا أَََطِيع وا اََللََّٰ وَََأَطِيع وا اََل ر سولََ وَََأ ولِي اََلَْْمْرَِ مََِنْ كمَْ فََََۖإَِنَْ تَََنَازَعْت مَْ فََِي شَََيْ ءَََ
فَ ردُّوهَ إَِلَى اَللَِّٰ وََال ر سولَِ إَِنَْ كنْت مَْ تَ ؤْمِن ونََ بَِاللَِّٰ وََالْيَوْمَِ اَلْْخِرَِ ذَََٰۚلِكََ خََيْ رَ وََأَحْسَ نَ تََأْوِيلًََ ۞َ
Yã ayyuhal ladzîna ãmanû athî’ullãha wa athî’ur-rasûla wa ulil-amri minkum, fa in tanãza’tum fī syai`in fa ruddûhu ilallãhi war-rasûli in kuntum tu’minûna billãhi wal-yaumil ãkhir, dzãlika khairuw wa ahsanu ta’wîlã “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.
Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”. (QS. An-Nisã [4]: 59) Wallãhu A’lamu bish-Shawãb Saudaraku yang dirahmati Allah SWT, mari kita tutup renungan ini dengan do’a agar kita selalu bisa menerima ketentuan dan taqdir Allah SWT kepada kita:
اللٰ ه مَ رََ ضنِيَْ بَِقَضَائِكََ وََصَب رْنِيَْ عََلَى بََلََئِكََ وََاَوْزِعْنِيَْ شكْرََ نَِعََمَائِكََ
Allãhumma radhdhinî bi qadhãika wa shabbirnî ‘alã balãika wa awzi’nî syukra ni’amãika. “Ya Allah, jadikan aku ridha dalam menerima qadha (ketentuan)-Mu, dan jadikan aku sabar dalam menerima bala dari-Mu, dan tunjukilah aku untuk mensyukuri semua nikmat-nikmat-Mu”. Ãmîn yâ Rabbal ‘âlamîn.