PORTALSUMBA.COM – Dirjen Masyarakat yang diwakili Triroso selaku Sekjen Agama Budha Kementerian Agama RI hadir dalam acara konser musik A Tribute untuk Bhikkhu Girirakkhito Mahathera pada 29 Januari 2023 petang di Wisma Sangha Theravada Indonesia, Jl. Margasatwa No. 9, Pondok Labu, Jakarta Selatan.
Acara paduan antara seni, budaya dan agama ini sebagai persembahan kepada Bhikkhu Girirakkhito Mahathera yang lahir di Banjar, Buleleng, (12 Januari 1927 – 5 Januari 1997). Sederetan pemusik dan vokalis ambil bagian dalam acara ini. Diantaranya gitaris Antono HT, Vokalis Vivi Tjandra, Viano Biola, Natasya Claresta dan Hartono Rusli serta Hendrico.
Bhikkhu Dhamma Subho Mahathera mengurai narator acara lintas usia ini dan mengurai kehadiran Bhudda di Nusantara sudah ada sejak 200 SM hingga 1500 Masehi tetap langgeng, meski telah mengalami pasang surutnya sejarah.
Bhikku Damma Subho Mahathera juga mengakui Agama Bhudda di Nusantara pernah terkesan hilang, tapi sekarang mulai tumbuh dan berkembang, tandasnya.
Bhikkhu Dhamma Subho Mahathera juga mengungkap Bhudda itu juga seorang seniman. Maka itu seni sang Buddha — seperti di Candi yang sangat luar biasa itu seperti lukisan atau relief memerlukan keahlian sendiri ketika harus melakukannya di atas batu.
Sang Bhudda juga seorang seni berpikir, tentang pikirannya yang tengah memikirkan orang lain. Jadi memang sungguh unik dan menarik papar Bhikkhu yang terkenal kocak dan jenial ini.
Ia juga sempat berkisah tentang sang Bhudda dengan Raja Titisara, sebagai sahabat, tapi istri sang raja tidak suka pada sang Bhudda. Tetapi karena Dewi Kemma suka dengan musik, maka sang Buddha mengusulkan diadakan perlombaan dan konser musik pada masa itu.
Kisah lirik Anicca karya monumental Bhikku Girirakkhito Mahathera yang menjadi klimak acara Konser Musik Bhuddhis yang sangat menawan dan dihadiri banyak pengunjung serta undangan dari berbagai kalangan. Termasuk undangan khusus untuk GMRI (Gerakan Moral Rekonsiliasi Indonesia) dan rombongan sahabat dan kerabat dari Posko Negarawan.
Sang Buddha, kata Bhikkhu Damma Subho Mahathera selalu membabar masalah secara tekstual, kontekstual dan kondisional dengan banyak belajar dari jagat raya. Karena itu tekstual, kontekstual dan situasional memiliki elastisitas. Namun sikap tegas, tidak harus keras, seperti Gus Dur yang bisa diterima oleh semua kalangan, kata Bhikkhu Damma Subho Mahathera. Maka itu imbuhnya, Gus Dus sering disebut sebagai Bapak Pluralis Indonesia. Dan tugas utama Bhuddha adalah penyampai informasi, memotivasi, melakukan inovasi dan memberi solusi dan rekreasi untuk ummatnya.