PORTALSUMBA.COM-Setelah pada Februari lalu, Gubernur NTT Viktor Laiskodat disorot karena kebijakan yang ia terapkan, yakni siswa SMA/SMK diharuskan masuk sekolah jam 5 pagi. Kini Viktor Bungtilu Laiskodat, kembali menjadi sorotan dan menghebohkan publik soal pernyataannya yang menyebut ciri orang miskin adalah makan nasi dengan porsi banyak.
Hal itu diungkapkan oleh Viktor Bungtilu Laiskodat saat menghadiri peringatan hari ulang tahun kedua Badan Pangan Nasional (Bapanas), pada Sabtu, 12 Agustus 2023. Potongan pernyataan itu ramai beredar di media sosial, seperti di akun Instagram @memomedsos dan akun TikTok @inilah.com.
Acara itu sendiri turut dihadiri oleh Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi, yang berlangsung di halaman kantor Gubernur NTT. Dalam sambutannya, Viktor Laiskodat menyoroti soal pola makan masyarakat, termasuk orang miskin. Menurut Viktor, ciri khas manusia, itu bisa dilihat saat makan,.
“Kalau nasinya ambil banyak, itu orang miskin. Tapi kalau ambil yang banyak protein, itu orang kaya,” kata Viktor dikutip dari akun TikTok inilah.com, Kamis, 17 Agustus 2023.
Gubernur NTT itu menambahkan, harus ada dorongan untuk mengonsumsi protein dan mengurangi karbohidrat. Dalam kesempatan itu, dirinya juga menyinggung soal beras. Bila seseorng masih meributkan soal beras, itu tandanya orang miskin.
Menanggapi hal itu ketua LSM LPPDM, Lembaga pengkaji peneliti Demokrasi Masyarakat, Marsel Nagus Ahang SH, menyoroti pernyataan Viktor Laiskodat.
“Saya menduga Gubernur Laiskodat ada gangguan jiwa. Rupanya beliau Gubernur tolol dan bodoh dalam membuat pernyataan bahwa orang NTT miskin karena makan terlalu banyak”, kata Ahang melalui pesan Whatsapp kepada wartawan media Portalsumba.com, Kamis 17 Agustus 2023
Tak hanya itu, Ahang mengaku kesal dengan pernyataan Gubernur, sebab baginya tak pantas untuk seorang pemimpin mengutarakan bahasa yang tidak memiliki nilai moral
“Pernyataan Gubernur seperti pernyataan dari orang yang sedang gangguan jiwa dan tidak mencerminkan seorang pemimpin. Malah membuat pernyataan perihal pernyataan anak-anak dengan tata bahasa yang sembarang dan ngawur, berbicara asal keluar busa dari mulut”, tutup Ahang