SENTANI | JAYAPURA – World Wide Fund for Nature (WWF) Papua mendapat kunjungan resmi dari WWF Finlandia yang kebetulan mempunyai projeck di Tanah Papua, sekaligus melihat dari dekat sejumlah program yang pernah dilakukan oleh WWF
Kunjungan tersebut merupakan agenda resmi WWF Indonesia yang lansung berpusat pada Awal Papua sebagai tuan rumah untuk menjamu tamu WWF Firlandia tersebut.
Program – program WWF Papua kepada sejumlah kelompok masyarakat Local binaan atau kampung binaan, sekaligus juga meninjau dan melakukan Visitasi kepada kelompok calon Binaan WWF yang di Suport oleh WWF Finlandia.
Usai berkunjung ke WWF Papua yang berkantor di Kampung Sereh, Distrik Sentani, Kabupaten Jayapura. Team WWF Firlandia diarahkan untuk melihat lokasi wisata (LokWis) dusun sagu (dusa) “Ebha Hekhe” yang dikelola swadaya oleh masyarakat setempat yang bertujuan tetap.menjaga dan melestarikan alam sekitar.
Pengelola LokWis Dusa. Jemmi Ondikleuw, kepada wartawan mengatakan, Kunjungan mereka (WWF Firlandia) ke DuSa “Ebha Hekhe” Kampung Sereh ini bagian dari proses visitasi tersebut sambil berdiskusi langsung bersama Kelompok atau Pengelola dalam hal ini Sanggar Seni dan budaya ROBONGHOLLO Sereh.
“Mereka (WWF Firlandia) ingin mendengar dan mendapat informasi apa yang melatarbelakangi sehingga kelompok yang notabene bergerak dalam bidang Seni dan Budaya, namun mau berkomitmen dalam pelestarian lingkungan hidup Hidup terlebih Khusus Hutan Sagu,” kata Jim
Lanjutnya. Selain itu mereka mau mendengar apa kiat – kiat yang sementara di lakukan dan rencana program ke depan seperti apa yang akan di lakukan berhubungan dengan pelestarian lingkungan hidup Hidup lewat Seni dan Budaya.
Adanya kunjungan dari WWF Firlandia Kami bersyukur ada orang – orang baik atau lembaga yang peduli terhadap pergerakan masyarakat atau kelompok masyarakat local seperti WWF sehingga dapat menghubungkan Kami (masyarakat) dengan berbagai pihak guna mensuport program kegiatan (progkeg) dari kelompok masyarakat ini secara berkesinambungan.
“Harapan kami Dusun Sagu ini dapat menjadi Lokasi Ekowisata dan tempat Wisata yang Edukatif, sehingga membutuhkan beberapa fasilitas seperti Tracking Wisata, pondok jualanjualan, Panggung pertunjukan, Galeri untuk memajang hasil Karya tetapi juga pusat informasi dan berbagai macam hal yang berkaitan dengan Sagu seperti Penokok Sagu dari zaman ke zaman, jenis dan penyebaran Sagu, dlab lain sebagainya, sehingga dalam semangat “Restorasi Sagu” Dusun Sagu dapat di lestarikan oleh masyarakat, tapi juga masyarakat mendapatkan nilai ekonomi dari pengelolaan lokasi tersebut, sehingga semangat Merawat dan menanam kembali itu terus di Gelorakan.
“Melalui kunjungan atau Visitasi tersebut semoga kami dapat dibantu untuk membenah atau melengkapi fasilitas – fasilitas tersebut sehingga Kolaborasi antar Seni Budaya dan Lingkungan tetap terjaga dan tertawat,” tutup Ondikleuw. (NiEl)